Oleh Dr. H. AWALUDIN HAMZAH, M. Ag.
(Kepala MAN Kota Cimahi Jawa Barat)
Sudah hampir setengah abad organisasi Gerakan Pramuka berada di Indonesia. Dan sudah banyak hal yang dilakukan oleh organisasi ini terutama pembinaan mental, spiritual dan pembentukan karakter (caracter building) bagi generasi muda Indonesia. Kontribusi ini sesuai dengan tujuan dari Gerakan Pramuka yaitu sebagaimana diamanatkan dalam Anggaran Rumah Tangganya antara lain: a). membentuk kader bangsa dan sekaligus kader pembangunan yang beriman dan bertaqwa serta berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. b) membentuk sikap dan perilaku yang positif, menguasai keterampilan dan kecakapan serta memiliki ketahanan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik sehingga dapat menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, yang percaya kepada kemampuan sendiri, sanggup dan mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. (ART Gerakan Pramuka Bab II pasal 4).
Pembinaan kepramukaan dapat dilakukan secara terus menerus sesuai dengan jenjang usia yang digolongkan kedalam golongan pramuka Siaga (usia 7-10 tahun) Penggalang (11-15 tahun), Penegak (16-20 tahun) dan golongan Pandega (21-25 tahun). Dari jenjang usia ini berarti dapat dipastikan masa 7 sampai 25 tahun berada dalam proses pembinaan.
Apabila seseorang mengikuti pembinaan kepramukaan secara intensif dari mulai usia siaga hingga pandega, berarti selama 18 tahun secara terus menerus mengikuti proses pebinaan. Hal ini akan dapat terbentuk sosok pemuda yang memiliki pengetahuan dan wawasan kebangsaan yang luas guna menghadapi persaingan hidup di masa yang akan datang.
Namun persoalannya adalah terkadang pembinaan ini terputus karena satu dan laih hal. Misalkan ada yang hanya mengikuti golongan siaga, namun penggalang tidak mengikutinya atau sebaliknya. Bahkan ada yang langsung mengikuti pendega tanpa mengikuti jenjang sebelumnya. Keterputusan rantai pembinaan inilah sehingga menyebabkan proses pembinaan terhadap peserta didik yang bersangkutan tidak berlangsung secara utuh. Maka tidaklah mengherankan apabila ada anak yang megikuti kegiatan kepramukaan namun tidak menjadikan bekal dari hasil kegiatan kepramukaannya itu dalam menghadapi kehidupannya mendatang. Namun dibalik itu tidak sedikit pula anak-anak yang sukses membangun masa depannya dengan prestasi yang gemilang karena hasil dari buah pembinan kepramukaan.
Dengan beberapa kasus tersebut di atas. Muncul pertanyaan ada apa selama ini dengan pelaksanaan pembinaan kepramukaan? Apakah karena pembinaan kepramukaan yang dilakukan gugus depan bagi peserta didik berbasis di sekolah atau berpangkalan di sekolah kurang efektif? Atau karena kehadiran Gerakan Pramuka sudah dirasakan monoton dalam mengemas model latihannya? Atau ada penyebab lain. Maka sebaiknya kwartir nasional melalui musyawarah nasional perlu mengevaluasi atau meninjau kembali keberadaan gudep di sekolah.
Apakah masih efektif pelaksanaan pembinaan kepramukaan melalui gudep di sekolah. Atau lebih baik dimasyarakat yang lebih kita kenal dengan gudep teritorial. Kegiatan kepramukaan apabila kita melihat semangat kelahirannya adalah menyediakan wadah pembinaan berorganisasi bagi generasi muda yang berada di kehidupan masyarakat.
Tetapi dalam pelaksanaannya justru banyak tumbuh dan berkembang di sekolah-sekolah sebagai basis pembinaan. Tidak ada sesuatu yang salah apabila tetap diselenggarakan kegiatan kerpramukaan sebagai salah satu bagian dari ekstrakurikuler di sekolah. Apalagi jika dikelola dengan baik serta adanya kepedulian yang tinggi dari segenap komponen sekolah terhadap kehadiran gerakan pramuka. Dan ini akan menjadi aset berharga bagi penyaluran kreativitas siswa serta sebagai ”benteng” moral siswa dari perilaku yang menyimpang. Diakui bahwa selama ini kepramukaan masih menunjukkan sesuatu yang positif bagi pembinaan siswa. Sehingga apabila masih tetap dapat memberikan kontribusi bagi prestasi siswa, maka perlu dipertahankan keberadaan gudep di sekolah. Namun apabila sudah melenceng dari semangat dan tujuan gerakan pramuka, maka pihak kwartir setempat perlu memberikan pembinaan sesuai aturan yang berlaku. Serta perlu dipikirkan pula membuat kebijakan untuk mendirikan gudep di wilayah teritorial tersebut. Sehingga keberadaan gerakan pramuka dalam satu wilayah tersebut dapat dipertahankan. Seandainya semua pemangku kepentingan dalam gerakan pramuka masih menganggap keberadaan gudep di sekolah masih efektif, maka perlu tetap dipertahankan seraya memberikan pembinaan yang lebih baik melaui kursus-kursus bagi para pembinanya. Kegiatan kepramukaan sebaiknya banyak dilakukan diluar pendidikan formal (sekolah), begitu pula sebaiknya diluar pendidikan informal (keluarga). Tetapi lebih banyak dialukan di lingkungan masyarakat atau nonformal. Apabila kepramukaan ini banyak dialkukan pada lingkungan masyarakat, maka pengaruhnya akan dapat dirasakan baik oleh masyarakat itu sendiri sebagai pelaku atau anggota pramuka juga oleh masyarakat diluar anggota gerakan pramuka. Disisnilah peran pramuka dalam memberikan pencerahan bagi masyarakat setempat. Banyak hal yang dapat dialkukan oleh angota pramuka terhadap lingkungan sekitarnya misalnya bakti masyarakat atau bakti sosial. Dan kegiatan seperti ini bagi Gerakan Pramuka bukan hal yang asing, tetapi sudah menjadi kebiasaan. Bahkan beberapa kegiatan bakti ini ditunjukkan pada saat masyarakat sangat membutuhkan seperti kejadian bencana alam (gempa, banjir, tanah longsor dan sejenisnya). Anggota pramuka sigap membantu aparat pemerintah dalam menolong masyarakat yang tertimpa bencana. Gerakan Pramuka berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat tidak hanya dibidang sosial, tetapi ikut pula dalam hal pembentukan watak atau karakter yang selama ini menjadi ciri khas dari pendidikan kepramukaan. Pembentukan watak atau karakter dalam kegiatan kepramukaan ditunjukkan melalui sistem atau metode kepramuka yang mengandung nilai-nilai persaudaraan dan kesadaran dalam berbangsa dan bernegara. Seperti kegiatan Gladian, ujian-uijan SKU dan pertemuan besar (LT atay Jambore). Dengan berbagai hal yang mengelilingi berbagai kegiatan kepramukaan, sangat diharapkan Gerakan Pramuka sebagai alternatif pilihan yang tepat bagi generasi muda dalam mengembangkan pengetahuan dan kepribiadian. Dengan secara terus-menerus dan berkelanjutan menjadi anggota pramuka, masyarakat akan menjadi aman, tenteram, toleran yang pada akhirnya terbentuklah masyarakat yang berbudaya, cerdas dan saling menghargai. Semoga bermanfaat.